Negara kepulauan seperti Indonesia patut bangga karena banyaknya pulau menjadikannya memiliki potensi wisata yang patut untuk dikembangkan lebih lanjut lagi. Indonesia yang saat ini memang sedang gencar mengembangkan wisata di daerah-daerah, ditambah dengan kondisi masyarakat Indonesia sendiri yang mulai gemar berpetualang memang merupakan fenomena yang perlu dilanjutkan.
Salah satu daerah yang saat ini berkembang daya tariknya adalah Palembang. Di sana ada sebuah pulau yang memiliki sejarah unik dan kini telah dikembangkan juga sebagai pulau wisata berbasis bahari dan histori. Namanya adalah Pulau Kemaro.
Banyak wisatawan yang sudah mampir ke pulau ini, terutama wisatawan domestik. Jika kamu tertarik untuk mengunjungi pulau ini, simak beberapa penjelasan berikut ini.
Baca juga:
Jarak bandara dengan sungai musi ini hanya 6 km. Wisatawan bisa naik taksi atau mobil sewaan yang ada di bandara. Jika ingin mencoba transportasi umum, wisatawan bisa naik bus kota ke jembatan Ampera. Biayanya hanya Rp1.500,00-Rp5.000,00.
Untuk mendapat perjalanan wisata yang lebih lengkap, wisatawan juga bisa mampir dulu di Benteng Kuto Besak, karena dari benteng tersebut, ada juga perahu motor yang disewakan untuk menyeberang ke pulau.
Setelah sampai sungai musi atau Bengteng Kuto Besak, wisatawan bisa menyewa perahu dan menuju pulau delta tersebut. Waktu tempuhnya adalah sekitar 30 menit dengan biaya kurang lebih Rp 150.000 pulang pergi. Perahu tersebut berkapasitas 10 orang.
Nama Kemaro diberikan oleh penduduk setelmpat. Kemaro berarti kering. Pemberian nama ini dilakukan karena pulau ini memang merupakan delta kecil yang selalu kering.
Kabarnya, walau air sedang pasang, pulau tersebut tetao saja kering dan tidak memiliki air. Sehingga dari kejauhan, pulau kecil ini seperti mengapung di atas sungai Musi itu sendiri. Karena berada di tengah sungai, tentu saja untuk menuju ke pulau tersebut wisatawan harus naik kendaraan air, seperti perahu atau perahu motor.
Keistimewaan dari pulau ini adalah karena banyaknya budaya Tionghoa yang tersebar. Hal ini bisa dilihat dari beberapa bangunan khas cina peranakan yang berada di sana. Karena hal tersebut, banyak pemeluk agama Budha yang mendatangi pulau ini untuk sekadar berwisata, berziarah, bahkan beribadah. Karena memiliki ciri khas Tionghoa yang kental, ketika perayaan imlek atau cap go meh, akan ada banyak etnis Tionghoa dan penduduk yang berkunjung.
Baca juga:
Legenda pulau ini bermula dari zaman Kerajaan Palembang. Ada seorang putri raja yang bernama Siti Fatimah. Putri tersebut sangat cantik dan berbudi luhur. Namun kedua orang tuanya bersikeras untuk menikahkannya dengan putera raja juga. Lalu pada suatu hari ada seorang putera dari Cina yang datang ke Palembang untuk melihat kemegahan Kerajaan Sriwijaya pada masa itu.
Karena kecantikan dan budi pekertinya yang baik, Putri Siti Fatimah tersebut lalu dilamar oleh seorang saudagar beretnis Tionghoa yang bernama Tan Bun An. Suatu hari, Siti Fatimah diajak oleh saudagar tersebut untuk bertemu dengan orang tuanya di Tiongkok. Setelah beberapa waktu menetap di Tiongkok, kedua orang tersebut pun kembali ke Palembang.
Sebelum pulang, mereka mendapat hadiah berupa 7 guci, namun mereka belum melihat isinya. Saat berada di Sungai Musi dan sudah berhasil kembali, Tan Bun An melihat isi dari guci tersebut. Dan ternyata isinya hanya sayuran sawi asin. Karena kecewa, saudagar Tionghoa itu membuang guci-guci dan isinya ke dalam sungai.
Keenam guci sudah tenggelam. Dan ketika dia membuang guci yang terakhir, ternyata guci tersebut tidak sengaja jatuh ke dek kapal dan pecah. Isi di dalam guci pun berserakan. Rupanya ada banyak hadiah berupa emas batangan yang tersembunyi di balik sayuran sawi asin tersebut.
Karena menyesal telah membuang semua gucinya, saudagar tersebut akhirnya turun ke sungai untuk mencari 6 guci yang tadi dia lempar. Ada seorang pengawal juga yang membantu. Keduanya menyelam ke dasar sungai.
Namun setelah beberapa saat, semakin lama, dua orang tadi tidak juga kembali ke permukaan sungai. Karena lelah menunggu dan cemas, Siti Fatimah pun ikut terjun ke dalam sungai. Namun ketiganya tidak tertolong. Penduduk sekitar percaya bahwa setelah kejadian tersebut muncul pulau di tengah sungai Musi. Lalu, keduanya dimakamkan di sana.
Baca juga:
Fasilitas di Pulau Kemaro
Ada beberapa fasilitas yang berada di kawasan wisata pulau delta Musi ini, diantaranya ada Pagoda 9 lantai. Pagoda dengan 9 lantai ini dibangun pada tahun 2006 dan merupakan salah satu bagian dari klenteng.
Selain itu ada bangunan Klenteng Hok Tjing Rio yang usianya sudah sangat tua. Klenteng ini dibangun pada tahun 1962 dan merupakan klenteng Tionghoa yang sering disebut Klenteng Kuan Im.
Di depan klenteng, ada makam dari pangeran Cina yang bernama Tan Bun An dan makam putri raja yang bernama Siti Fatimah. Kedua orang ini yang namanya tersemat sebagai legenda pulau tersebut. Selain itu ada juga Pohon Cinta di sana.
Wisatawan yang ingin berkunjung ke pulau tersebut sebaiknya membaca dulu beberapa tips berikut ini agar perjalanan menjadi lebih lancar.
Baca juga:
Itulah penjelasan mengenai objek wisata Pulau Kemaro di Palembang, Sumatera Selatan. Selamat berwisata ke pulau Sumatera. Semoga perjalananmu menyenangkan.
Jakarta memang sebuah kota yang memiliki banyak sekali daya tarik. Walaupun kota ini memiliki sisi…
Indonesia memang salah satu negara dengan wisata alam terbaik. Bagaimana tidak, sebuah daerah yang kecil…
Bali masih menjadi salah satu destinasi wisata terbaik menurut warga negara Indonesia, bahkan hingga warga…
Kawasan BSD yang berada di kota Tangerang Selatan merupakan salah satu kota mandiri yang dibangun…
Orang Indonesia kerap kali berangan-angan untuk bisa mengunjungi luar negara yang mempunyai empat musim, seperti…
Keindahan wisata di Indonesia bagian timur memang tidak perlu diragukan lagi. Banyak sekali potensi wisata…