12 Pantangan Saat Naik Gunung yang Harus Ditaati

Seperti halnya orang yang sedang bertamu ke rumah orang lain, ketika kita mendaki gunung berarti status kita menjadi tamu disitu. Saat kita bertamu, berarti ada adab- adab yang harus dilakukan oleh tamu tersebut. Sebagai tamu kita harus mempunyai tata krama dan harus bersedia mematuhi peraturan-peraturan yang ada. Jika kita tidak mematuhi peraturan yang ada, maka kita siap menerima konsekuensi berupa sanksi sosial maupun sanksi alam. Sebagai pendaki, ada adab- adab yang harus dilakukan, dan juga ada pantangan-pantangan yang harus dijauhi. Banyak orang yang mengatakan, jika tidak menjauhi pantangan- pantangan ini, bahkan justru melanggar, maka  pendaki akan menemui sesuatu yang buruk yang akan menimpa dirinya.

Beberapa pantangan saat naik gunung bagi pendaki antara lain:

  1. Berpikiran jahat atau negatif

Ingat, makhluk di dunia ini bukan hanya manusia saja. Tuhan menciptakan berbagai macam makhluk untuk menemani manusia. Meskipun tidak dapat dilihat menggunakan kasat mata, tapi makhluk tersebut ada. Makhluk- makhluk seperti jin dapat dengan mudah mengetahui apa yang ada di pikiran manusia. Gunung merupakan bagian dari alam yang masih alami dan belum banyak tersentuh oleh ulah manusia. Banyak sekali budaya- budaya di dunia yang mengatakan bahwa gunung- gunung di Indonesia lekat sekali dengan dunia mistis atau alam ghaib. Sehingga dapat dibayangkan bahwa di gunung banyak terdapat makhluk- makhluk lain selain manusia.

Ketika di gunung, manusia hidup berdampingan dengan makhluk- makhluk lain dengan jarak yang lebih dekat dan jumlah yang lebih banyak, sehingga manusia harus lebih berhati- hati. Ketika Anda mempunya pikiran jahat, maka yang disekitar kita akan mengetahui apa yang Anda pikirkan. Sehingga mungkin saja makhluk lain tersebut tidak menyukai dan bisa berbuat apa saja terhadap Anda yang berpikiran buruk. Yang dimaksud dengan pikiran buruk adalah pikiran buruk terhadap alam, atau sesama manusia.

  1. Berbicara kotor

Sama halnya dengan berpikiran kotor atau jahat atau negatif, berbicara kotor juga akan menyebabkan yang ada di sekitar kita menjadi tidak nyaman dan menjadi marah. Berbicara kotor baik dengan mengumpat ataupun memaki- maki merupakan hal tidak sopan. Seperti halnya bertamu, yang punya rumah pasti juga akan marah jika tamunya mengumpat atau berbicara kata kotor di rumahnya sendiri. Sama halnya di gunung ini. Makhluk- makhluk lain yang menghuni wilayah gunung pasti juga akan kesal jika pendaki yang datang ke rumah mereka dengan sengaja mengucapkan kata- kata kotor dan kurang sopan. Oleh karena itu, orang- orang yang seperti ini seringkali disesatkan, hilang, bahkan meninggal. Maka dari itu hendaklah kita sebagai pendaki yang baik bisa menjaga diri dengan menjaga tangan dan juga lisan kita agar terhindar dari hal- hal yang buruk dan tidak diinginkan.

  1. Membuang sampah sembaragan

Membuang sampah sembarangan memang sueperti sudah mendarah daging di kalangan masyarakat Indonesia. Kebiasaan buruk ini hampir terdapat dimana saja dan kapan saja. Seperti dari generasi ke generasi. Bahkan kebiasaan ini seringkali dibawa ketika sedang berada di gunung. Gunung merupakan kawasan alam terbuka yang masih liar. Membuang sampah sembarangan dapat membahayakan diri sendiri dan juga orang lain. Membahayakan orang lain ini dalam artian mengganggu kelestarian alam secara umum. Bayangkan saja jika gunung- gunung dipenuhi sampah bekas tinggalan pendaki gunung yang setiap harinya bisa mencapai ratusan orang. Jika setiap orang minimal meninggalkan satu sampah saja, sampah yang berada di gunung pasti banyak sekali jumlahnya.

Kita sendiri mengetahui bahwa alam yang tercemar sampah pasti tidak akan dapat menjalankan fungsinya dengan lancar. Jika gunung- gunung dipenuhi dengan sampah maka air akan sulit menyerap ke dalam tanah, terlebih jika sampah yang ditinggalkan adalah sampah plastik yang sulit terurai, pasti bahaya yang muncul akan lebih dahsyat. Jika air sulit meresap kedalam gunung, maka tidak akan ada lagi yang namanya mata air gunung. Jika gunung sudah tidak mempunyai mata air, maka persediaan air tanah tentunya akan semakin menipis sehingga ketika masa kemarau tiba, orang- orang akan kesulitan mendapatkan air bersih untuk memenuhi kebutuhan sehari- hari. Selain dampak alam yang berhubungan dengan kesejahteraan manusia secara umum, ada pula akibat lain yang akan diterima oleh pendaki yang dengan sengaja membuang sampah sembarangan.

Ibaratnya, gunung adalah rumah dan pendaki adalah tamu. Gunung merupakan rumah dari para penunggu yang sama- sama ciptaan Tuhan yang tinggal disana. Coba bayangkan, tuan rumah mana yang rela rumahnya dikotori? Pasti tidak ada. Sama saja, penunggu disana juga tidak ingin rumahnya dikotori dengan menggunakan sampah- sampah yang dibawa dari kota hingga ke gunung ini. Jika hal ini tetap dilakukan oleh pendaki, maka jangan kaget atau heran jika sewaktu- waktu ada serangan yang pang tinggal di gunung sana. Oleh karena itu, pendaki sejati adalah pendaki yang tidak pernah membuang sampah sembarangan. Bahkan jika perlu justru pendaki sejati membersihkan gunung- gunung dari sampah yang berserakan. Ada yag perlu diingat bagi seorang pendaki sejati, yakni “Jangan meninggalkan sesuatu kecuali jejak”. Hal ini saking menggambarkan bila digunung kita harus bersikap sopan dan tidak boleh meninggalkan apapun yang bersifat mengotori lingkungan gunung.

  1. Membawa pulang Edelweis

Edelweis merupakan flora asli lingkungan gunung. Edelweis ini merupakan sejenis bunga yang hanya dapat hidup diketinggian tertentu saja. Edelweis ini bersifat langka karena adanya hanya diketinggian gunung saja. Bahkan semua gunung belum tentu ditumbuhi ikeh edelweis. Edelweis ini tumbuh di gunung- gunung tertentu saja. Saking berharganya bunga edelweis yang habitatnya hanya di gunung saja, maka edelweis ini dilarang keras untuk dibawa pulang. Namun sayangnya, lagi- lagi banyak pendaki kita yang melanggar pantangan ini. Banyak orang yang masih membawa pulang bunga edelweis meskipun jumlahnya tidak banyak. Namun tetap saja hal ini merupakan sebuah pelanggaran.

Sebenarnya para hampir semua para pendaki sudah mengetahui bahwasaanya edelweis itu tidak untuk dibawa pulang. Namun tetap saja banyak yang mengaingkarinya. Berbagai motif yang dijadikan dasar bagi seseorang untuk memetik dan membawa pulang edelweis ini. Ada yang beralasan untuk dijadikan kenang- kenangan, untuk dipajang di rumah, atau bahkan dijadikan sebagai oleh- oleh untuk sang pacar, dan juga untuk properti foto. Apapun alasan yang diutarakan, tetap saja edelweis dilarang untuk dipetik apalagi dibawa pulang. Selain pemerintah atau pengelola gung yang melarang, yang tiggal di gunung sebagai penjaga gunung pun juga tidak menyukainya. Edelweis yang merupakan ikon keindahan dari gunung seharusnya jangan  dipisahkan dari habitat aslinya.

Banyak kejadian yang yang dialami oleh pendaki yang dengan sengaja memetik bunga edelweis ini. Mulai dari pendaki yang tidak kembali lagi, hingga pendaki yang didatangi di mimpinya oleh penjaga gunung akibat dia membawa pulang edelweis ini. Oleh karena itu, hendaknya sebagai manusia kita lebih hormat kepada bunga edelweis yang juga dijuluki sebagai bunga abadi ini.

  1. Jangan sembarangan mendirikan tenda

Ketika mendaki gunung, biasanya kita akan melakukan acara menginap di gunung tersebut. Apalagi jika gunung yang di daki merupakan gunung yang tinggi yang butuh lebih dari satu hari untuk mendakinya, otomatis para pendaki harus mendirikan camp penginapan. Terlebih jika tujuan pendaki adalah melihat matahari terbit atau sunrise, tentu saja pendaki harus mulai berjalan ke puncak dari pagi- pagi sekali, bahkan dari malam hari. Sebelum itu, para pendaki harus mengisi energi mereka dengan istirahat atau tidur, dan otomatis mereka harus bermalam terlebih dahulu.

Dalam membuat atau mendirikan tenda, kita memerlupan tenpat yang lapang serta medan yang datar untuk membangun tenda tersebut. Dalam mendirikan tenda, kita tidak boleh disembarang tempat, meskipun tempat tersebut datar dan lapang. Mendirikan tenda di sembarang tempat merupakan pantangan bagi pendaki. Pendaki harus melihat lokasi pendirian tenda yang sesuai dan diijinkan oleh petugas. Sebagai contoh jika pendaki mendirikan tenda di dekat aliran air. Hal ini tidak diperkenankan karena pada malam hari biasanya hewan- hewan buas seperti macan tutul, macan kumbang, dan lain sebagainya mencari minum dan makan pada malam hari. hal ini tentu saja akan membahayakan bagi para pendaki yang sedang terlelap di tendanya masing- masing. Oleh karena itu hendaknya kita memilih tempat yang dirasa aman dan sedikit menjauh dari aliran air untuk mendirikan tenda atau camp kita.

  1. Buang air sembarangan

Buang air memang suatu naluri yang alamiah bagi manusia. Keinginan manusia untuk mengeluarkan air (kencing maupun feses) ini memang tidak melihat waktu, situasi dan kondisi. Bahkan ada yang setiap harinya seseorang harus buang hajat ataupun kencing. Terkadang keinginana seperti ini seringkali kita jumpai ketika sedang mendaki gunung.terlebih didukung dengan udara yang dingin justru akan mempermudah keinginan untuk buang air ini. Sayangnya di gunung tidak ada fasilitas toilet umum yang digunakan untuk membuang air atau hajat diatas gunung, sehingga banyak dari pendaki kita yang asal kencing di balik pohon atau mebuang kotoran sembarangan. Hal ini akan menimbulkan bahaya pada pelaku dan juga oreng- orang disekitarnya.

Pasalnya, kencing di tempat sembarangan dapatmemicu kemarahan binatang tertentu. Hal ini karena kencing meninggalkan bau yang tidak sedap sehingga hewan- hewan akan merasa terganggu. Ketika hewan- hewan menrasa terganggu, maka hewan- hewan akan mengamuk, terlebih hewan buas. Hal ini tentu saja akan membahayakan para pendaki yang bisa- bisa menjadi magsa dari hewan- hewan tersebut. Selain itu, perilaku membuang air sembarangan juga tidak disukai para jin karena hal ini dinilai merusak atau mengotori tempat tinggalnya yang berada di alam terbuka. Hal ini bisa saja akan membuat pelaku diganggu atau mendapat teguran dari penunggu gunung tersebut. Oleh karena itu kita sebagai manusia, khususnya sebagai pendaki haruslah tahu diri dengan menbuang air pada tempatnya, yakni pada air yang mengalir sehingga tidak meninggalkan bekas.

  1. Berteriak

Banyak pendaki seringkali mengeluarkan teriakan untuk emmanggil temannya yang berada jauh dibelakang atau di depannya. Hal ini sebenarnya tidak boleh dilakukan. Teriakan akan mengganggu binatang- binatang yang sedang beristirahat. Ketika binatang merasa terganggu saat beristirahat, maka hal ini akan menciptakan kemarahan bagi binatang tersebut dan bisa saja mereka menyerang pendaki yang sedang berada di gunung.

  1. Menantang alam

Alam merupakan anugerah Tuhan Yang Maha Esa. Alam ini sifatnya agung sebagai ciptaah Tuhan. Alam ini sebenratnya sebagai tempat penyadaran bagi manusia betapa manusia itu hanya kecil dimata Tuhan dan masih ada ciptaan yang lebih besar dan gagah, yaitu alam. Namun sayangnya, beberapa pendaki justru malah menantang alam ini. Banyak pendaki yang justru malah bersikap sombong dan merasa telah bisa menaklukkan alam, dan kadang cenderung meremahkan. Hal ini merupakan perilaku yang buruk. Konon, jika kita meremehkan alam maka banyak hambatan yang terjadi dalam perjalanan kita, seperti tersesat dan drop fisiknya.

  1. Wanita haid

Wanita haid atau sedang datang bulan tidak diperkenankan melakukan pendakian di beberapa gunung tertentu. Hal ini karena wanita haid dianggap mengotori kesucian gunung. Selain itu, wanita yang sedang haid juga akan merasa kerepotan jika harus pergi mendaki gunung. Belum lagi jika wanita tersebut terserang dismenore, sudah pasti akan menghambat perjalanan.

  1. Jangan membawa makanan yang berlebihan

Sebenarnya boleh saja membawa makanan banyak, asalkan sampahnya dibawa pulang. Makanan yang banyak akan menyebabkan sampah banyak juga.

  1. Sebaiknya jangan mendirikan teda di lembah

Hal ini karena angin pada malam hari umumnya akan mengalir ke bawah, sehingga terasa lebih dingin.

  1. Jangan memotong kayu atau ranting

Hal ini akan merusak pepohonan yang ada. Jika memang membutuhkan kayu, maka carilah katu atau ranting yang sudah patah.

Itulah beberapa pantangan saat naik gunung. Pantangan- pantangan tersebut harus dijauhi demi keselamatan pendaki dan juga keselamatan alam semeste. Semoga artikel ini bermanfaat.

Baca juga artikel tempat wisata unik lainnya